Mereka, Teman-Teman Sejati |
Written by Dr. Azizan Bahari |
Friday, 31 July 2009 05:07 |
Kata Erich Fromm, pemikir dan pengkritik sosial sejak dahulu, termasuk para rasul dan filsauf agung, telah memberikan manusia ilmu dan panduan yang memungkinkan tamadun berkembang dan konflik terkawal. Tanpa mereka dunia tentu lebih berkecamuk, dan kehidupan manusia lebih sengsara….
Saya setuju dengan kenyataan ini. Malah, bagi diri sendiri, mereka yang dimaksudkan itu dan juga kalangan pengkarya seni, amat berjasa dan instimewa dalam keseluruhan kehidupan manusia. Mengunjungi atau menghampiri mereka seperti Herbert Marcuse, Paulo Freire, C.Wright Mills, Jurgen Habermas, Karl Marx, Ivan Illich, Noam Chomsky, Si Kahn, Gabriel Garcia Marquez, Edward Said, Pramoedya Ananta Toer, Muhammad Hj Salleh, W.S. Rendra, Usman Awang, dan Khahlil Gibran umpamanya, bererti mendekatkan diri dengan kematangan, kearifan, keyakinan dan ketahanan, ketajaman fikiran, keindahan dan kemanisan hidup… Pernyataan, dendangan, analisis, hujah dan penceritaan mereka amat menyegarkan.
Mereka hadir dan pergi, namun sumbangan dan ciptaan yang dikongsikan dengan kita selalu kental dan bererti; tak menjemukan. Bila-bila dan di mana-mana kita dapat menatap, mengkhayal, menerima atau menolak mereka. Kita juga bisa kembali bersapa, berdebat, atau mengajak mereka menemani diri…
Kita melalui hari-hari dengan pelbagai konflik dan kecamukan — kesongsangan politik yang mengadu-dumba, yang mempersendakan intelek dan menghina kewarasan kita. Kita keletihan dan bosan oleh percaturan dan persaingan ekonomi yang menafikan kemampuan manusia untuk hidup bahagia, yang terus angkuh menolak dan memusnahkan segala pengalaman, rumusan dan kemungkinan-kemungkinan baharu yang terhasil berkurun lama (yang iimplikasikan Fromm tadi) ….
Mujurlah dengan pemikir, pengkritik sosial dan pengkarya yang dimaksudkan itu kita masih tetap bebas berbicara, melepaskan resah dada, sambil menyelongkar kekuatan baru. Dalam kebuntuan atau kegelisahan, atau ketika memerlukan suntikan kilat merangsang fikiran dan semangat, kita dapat ketemu sesuatu yang bermakna lagi mengasyikkan. Atau, kita bisa saja menyelinap ke alam segar, menemui ketenangan dan juga rasionel, daripada kebebalan (menggunakan sikap yang dipopulerkan Hussein Al-Atas) yang tiada sempadan ini…
Dalam sebuah himpunan sajak dan catatan (2004) saya ada merakamkan penghargaan ini kepada mereka — teman-teman sejati kita. Saya petik fragmen sajak itu:
Terima kasih Kerana menerbangkan aku jauh dan tinggi Membuka ruang, menyingkap dalam Hingga tersentuh nurani, tercuit imaginasi Memberikan kenikmatan Tiada bandingan
Kau mewarnakan hari-hariku Mewajarkan masa berlalu Kau tak henti mencetus keinginan Merangsang pengembaraan Kau meruntun, menyayat Memukau Dan mengasyikkan
Waktu dan usiaku semakin singkat Untuk lebih mesra denganmu. |